EDUCATION FOREVER

Proses pembelajaran.

Behind The Scenes

Proses pembuatan film pendek

Pelatihan TIK

Bersama para narasumber dari Pustekom

Gunung Kerinci

Hamparan sawah di kaki Gunung Kerinci, Indahnya alam ku.

Crew dan Pemain

Film pendek pendidikan.

September 29, 2016

EKSPERIMEN : GELEMBUNG DRY ICE RAKSASA

kita akan membuat sebuah gelembung besar dari dry ice dan air sabun. Sangat menarik apalagi jika gelembung tersebut bertambah besar dan semakin besar dan akhirnya meletus. 

Alat dan Bahan
  1. Air
  2. Sebuah mangkuk (kecil atau besar terserah kamu)
  3. Kain
  4. Sabun cuci piring
  5. Dry ice, hati-hati dalam memegang dry ice ini, gunakan sarung tangan dan jangan dihirup uapnya.

Langkah Pembuatan
  1. Letakkan dry ice dalam mangkuk kemudian tambahkan air hingga mulai beruap.
  2. Rendam kain dalam campuran air dan sabun.
  3. Kemudian bentuk lapisan gelembung menggunakan kain sehingga menutupi mangkuk.
  4. Lihat bagaimana hasilnya.

Penjelasan 

Dry ice atau es kering adalah karbon dioksida (CO2) dalam bentuk padat. Pada suhu di atas -56,4° C, es kering berubah langsung dari bentuk solid menjadi gas, tanpa pernah menjadi cairan. Proses ini disebut sublimasi. Ketika es kering dimasukkan ke dalam air mempercepat proses sublimasi, menciptakan awan kabut yang mengisi gelembung es kering. Es kering kadang-kadang digunakan sebagai bagian dari produksi teater dan pertunjukan untuk menciptakan efek berkabut padat. Selain itu, juga digunakan untuk mengawetkan makanan, membekukan sampel laboratorium dan bahkan untuk membuat es krim.

Selamat mencoba...

JURNAL : MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PDA LIFE SKILL


Publikasi pada Jurnal Pendidikan MIPA Volume 10 Nomor 2 Juli 2009


Abstract: The aims of this research is to increase science process skills of class X SMA Kartikatama Metro at environmental pollution through Problem-Based Learning (PBL). Procedure of this research by using classroom action reseach, that is: planning, action, observation, and reflection at two cycles. Each cycle conducting two lessons. The result of this research show that there is improvement of students science process skills base on observation result from the first cycle to the second cycle. Based on the observation, indicate that average of science process skills students has increased 17,48% from the cycle first to the second cycle. Based on this findings can be conclude that Problem-Based Learning can improve the students science process skills at environmental pollution. Researcher suggest that the biology teachers can be implement Problem-Based Learning in biology learning.

Pendahuluan
Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil ujian akhir, tetapi pengalaman siswa ketika melaksanakan proses pembelajaran sangat penting diperhatikan oleh guru sebagai pendidik. Hal ini seiring dengan bergesernya paradigma pembelajaran, dari pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menuju pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Semua itu menuntut dan menantang guru untuk dapat mengaktifkan dan memberdayakan siswa belajar secara aktif, kreatif, dan inovatif. 

Seiring dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) dewasa ini, dibutuhkan pula peran peserta didik dalam penguasaan dan penerapan sains. Peserta didik yang mampu menguasai dan menerapkan sains merupakan sumber daya manusia yang potensial dalam kemajuan IPTEKS. Penguasaan dan penerapan sains bagi peserta didik memberikan bekal untuk berkiprah dan kompeten dalam bidangnya dalam menjawab tantangan yang ada. Dalam mempelajari biologis, siswa perlu membangun suatu struktur berpikirnya dan mengaktifkan keterampilan proses. Tingkatan berpikir yang diharapkan dari siswa dalam mempelajari biologi adalah dalam tingkatan berpikir runut dan keterampilan proses sains yang memadai, bukan sekadar tingkat hafalan materi (Muhfahroyin, 2009).

Perkembangan penalaran anak sifatnya tidak otomatis dan pasti. Untuk mengembangkan kemampuan penalarannya akan membutuhkan latihan dan dalam pembelajaran biologi yang menekankan pada keterampilan proses akan mengoptimalkan kemampuan siswa tersebut.

Keterampilan proses dasar yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran biologi meliputi kemampuan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menafsirkan, dan menyimpulkan (Gega, 1994; Depdiknas, 2007). Melalui pembelajaran yang menekankan keterampilan proses sains, siswa benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pengidentifikasian dan pengendalian, percobaan, dan lain-lain seperti yang dilakukan oleh seorang ilmuwan. Keterampilan proses IPA merupakan pendekatan yang ditempuh para ilmuwan dalam usaha memecahkan misteri-misteri alam (Usman dan Setiawati, 2000). Siswa dengan keterampilan proses yang baik diharapkan mencapai hasil belajar yang baik pula. Meningkatnya keterampilan proses membuat siswa melaksanakan pembelajaran dengan pengembangan metode ilmiah, menemukan dan mengembangkan fakta serta konsep yang ditemukan, sehingga pembelajaran lebih bermakna (meaningful), kontekstual dan konstruktivistik (Suparno, 2001). 

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk memberdayakan keterampilan proses sains adalah Problem Based Learning (PBL). Disampaikan oleh Tan (2004) dan Weissinger (2004), melalui PBL siswa berlatih berpikir kritis dan sistematis, meningkatkan hasil belajar kognitif, meningkatkan kemampuan metakognitif dalam memecahkan masalah. Melalui PBL siswa dapat melakukan analisis secara simultan dalam memperoleh data maupun cara menguji hipotesis berdasarkan data yang didapatnya, kesempatan berinteraksi antar siswa dapat terfasilitasi, belajar disertai praktek, sehingga menjadi menarik dan bermakna, dan siswa mendapatkan pengalaman praktis dalam konteks kehidupan nyata. Pola pembelajaran yang demikian dapat berdampak kepada kemampuan reflektif siswa terhadap masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata, sehingga siswa dapat menjadi bagian yang berguna bagi lingkungannnya (Wu dan Forrester, 2004). 

PBL sebagai suatu strategi dalam pembelajaran dapat merangsang siswa berpikir tingkat tinggi terhadap suatu masalah yang dihadapinya (Nurhadi, Yasin, dan Senduk 2004). Peranan guru dalam implementasi PBL adalah menyediakan bahan ajar dan membantu memberi petunjuk kepada siswa. Hal ini didukung oleh Rustam (2003), mengemukakan bahwa penyajian masalah berasal dari guru, sedangkan pemecahan masalah dapat dirancang oleh siswa berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki siswa tentang prosedur pengumpulan data, menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah kepada pemecahan masalah, dan mengambil kesimpulan dari permasalahan yang dihadapinya. Cara lain yang dapat diterapkan guru adalah memberikan saran dan petunjuk untuk mengambil keputusan dari masalah yang dahadapi. PBL memiliki ciri-ciri spesifik dan tahapan, yaitu engajuan pertanyaan atau masalah berupa situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai solusi untuk situasi tersebut. PBL Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, misalnya masalah pencemaran lingkungan. Menghasilkan karya nyata yang berupa laporan kegiatan yang menggambarkan tentang penyelesaian masalah yang telah dikerjakan bersama oleh siswa. 

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan di SMA Kartikatama pada bulan April-Mei 2009. Lama tindakan yaitu dua siklus, masing-masing tiga kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.D yang terdiri dari 36 siswa. Objek penelitian adalah pembelajaran biologi pada materi pencemaran lingkungan. Prosedur penelitian mengadaptasi dari Kemmis dan Taggart (1992) 

Tahap perencanaan tindakan adalah penyusunan rencana pembelajaran sesuai dengan sintaks PBL, meliputi penyusunan rencana pembelajaran dan LKS, penyusun instrumen pengumpul data yang terdiri atas lembar observasi keterampilan proses sains. Tahap pelaksanaan tindakan, meliputi kerja mandiri, penyajian hasil, observasi, dan refleksi. Kerja mandiri siswa diawali dengan guru menugaskan siswa untuk menemukan permasalahan dari artikel, selanjutnya disusun sesuai dengan langkah bekerja ilmiah, mulai dari menemukan masalah kemudian dirumuskan, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, sampai pada penarikan kesimpulan, Siswa bekerja kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. 

Tahap menyajikan hasil diawali guru meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, siswa menampilkan hasil kerja kelompok dalam diskusi kelas, guru memberi penguatan dari hasil diskusi, siswa mencatat penguatan dan kesimpulan yang disampaikan oleh guru. Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi terhadap keterampilan proses sains. Observasi ini dibantu oleh 2 observer dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan. Tahap refleksi dilakukan setiap akhir siklus I dan II. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterampilan proses sains yang dikembangkan oleh peneliti. Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi dan catatan lapangan selama tindakan pembelajaran berlangsung. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap keterampilan proses sains.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian
Penelitian pembelajaran biologi dalam 2 siklus ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan
2. Menafsirkan informasi
3. Memprediksi suatu peristiwa berdasarkan informasi dari guru
4. Terlibat merencanakan penelitian sederhana
5. Terlibat aktif dalam kegiatan penelitian sederhana
6. Menyimpulkan informasi belajar
7. Mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari
8. Mengkomunikasi informasi belajar dengan guru

Siklus I
Berdasarkan data pada siklus I pertemuan I keterampilan proses yang tinggi dalam pembelajaran adalah melakukan pengamatan (77,78%) dan keterlibatan dalam penelitian sederhana (80,56%), kemampuan menyimpulkan hasil belajar (75,00%) dan kemampuan mengkomunikasikan informasi (72,22%). Sedangkan keterampilan proses sains yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki karena masih termasuk kategori rendah adalah kemampuan menafsirkan informasi (27,78%), menafsirkan informasi (27,78), dan kemampuan siswa mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari (38,89%). Selanjutnya yang perlu diperhatikan secara mendalam karena masih termasuk kategori sangat rendah adalah dan kemampuan memprediksi suatu peristiwa berdasarkan informasi dari guru (25%). Data keterampilan proses sains siklus I dapat dilihat pada Tabel 1. 

Tabel 1. Data keterampilan proses siswa selama siklus I

Pertemuan Jlh dan persentase Indikator Keterampilan Proses Sains
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jlh 28 10 9 20 29 27 14 26
% 77.78 27.78 25.00 55.56 80.56 75.00 38.89 72.22
2 Jlh 30 8 7 22 24 24 16 25
% 83.33 22.22 19.44 61.11 66.67 66.67 44.44 69.44
3 Jlh 34 16 13 24 26 26 22 29
% 94.44 44.44 36.11 66.67 72.22 72.22 61.11 80.56
Rata-rata Jlh 31 11 10 22 26 26 17 27
% 85.19 31.48 26.85 61.11 73.15 71.30 48.15 74.07

Pertemuan 2 mengalami penurunan hampir semua indikator kecuali indikator kemampuan melakukan pengamatan yang mengalami peningkatan (5,55,%). Keterampilan proses sains yang termasuk kategori rendah adalah kemampuan menafsirkan informasi belajar (22,22%) dan memprediksi suatu peristiwa (19,44%). Pada pertemuan 3 kemampuan siswa melakukan pengawamatan meningkat menjadi 94,44%. Pengamatan yang meningkat ini menyebabkan siswa mampu mengkomunikasikan informasi belajar yang diperolehnya dengan guru (80,56%) sehingga mereka memiliki keterlibatan yang sangat tinggi dalam merencanakan penelitian atau demonstrasi sebelum kegiatan dilakukan (66,67%). Dengan demikian sangat wajar jika siswa akhirnya meningkat dalam kegiatan penelitian sederhana (72,22%). Siswa juga mampu mengaplikasikan konsep yang mereka peroleh dari kegiatan belajar dalam konteks kehidupan sehari-hari (61,11%). Akhirnya siswa mampu meningkatkan kemampuannya menyimpulkan informasi belajar yang telah dilaksanakan (72,22%). Ada dua hal yang masih sulit untuk ditingkatkan pada pertemuan 3 ini, yaitu kemampuan siswa menafsirkan informasi dari guru (44,44%) dan kemampuan siswa memprediksi suatu peristiwa berdasarkan informasi-informasi (36,11%). Dari tiga pertemuan yang dilaksanakan kedua indikator keterampilan proses di atas kurang meningkat.

Siklus II
Berdasarkan data pada siklus II pertemuan 1 keterampilan proses sains yang tergolong tinggi dalam pembelajaran adalah melakukan penagamatan (88,89%), mengkomunikasikan informasi (77,78%), kemampuan menyimpulkan hasil belajar (77,78%). Kemampuan mengkomunikasikan informasi (77,78%), dan melakukan kegiatan penelitian sederhana (80,00%), sedangkan keterampilan proses sains yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki karena masih termasuk kategori rendah adalah kemampuan memprediksi suatu peristiwa (44,44%) dan kemampuan menafsirkan informasi (52,78%). 

Pertemuan II mengalami peningkatan pada semua indikator Keterampilan proses sains yang berada dalam kategori tinggi adalah keterlibatan merencanakan penelitian atau (86,11%), kemampuan siswa mengkomunikasikan informasi (83,33%), menyimpulkan informasi (80,56%), sedangkan yang termasuk kategori sedang adalah menafsirkan informasi (61,11%), kemampuan memprediksi suatu peristiwa (63,89%) dan kemampuan mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari (69,44%). Data keterampilan proses sains selama siklus II dapat dilihat pada Tabel 2. 

Tabel 2. Data keterampilan proses sains siswa selama siklus II.

Pertemuan Jlh dan persentase Indikator Keterampilan Proses Sains

1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jlh 32 19 16 24 28 28 20 28
% 88.89 52.78 44.44 66.67 77.78 77.78 55.56 77.78
2 Jlh 34 22 23 26 31 29 25 30
% 94.44 61.11 63.89 72.22 86.11 80.56 69.44 83.33
3 Jlh 36 23 28 31 34 32 28 33
% 100.00 63.89 77.78 86.11 94.44 88.89 77.78 91.67
Rata-rata Jlh 34 21 22 27 31 30 24 30
% 94.44 59.26 62.04 75.00 86.11 82.41 67.59 84.26

Pada pertemuan III ini kemampuan siswa melakukan pengamatan menjadi 100%. Pengamatan yang meningkat ini menyebabkan siswa mampu mengkomunikasikan informasi belajar yang diperolehnya dengan guru (91,67%) sehingga mereka memiliki keterlibatan yang sangat tinggi dalam merencanakan penelitian (86,11%). Dengan demikian sangat wajar jika siswa akhirnya sangat antusias dengan kegiatan penelitian sederhana (94,44%). Siswa juga mampu mengaplikasikan konsep yang mereka peroleh dari kegiatan belajar dalam konteks kehidupan sehari-hari (77,78%). Akhirnya siswa mampu meningkatkan kemampuannya menyimpulkan informasi belajar yang telah dilaksanakan (88,89%). Berdasarkan data di atas menunjukkan rata-rata setiap indikator keterampilan proses sains mengalami peningkatan setelah dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan tiga pertemuan pembelajaran. Rata-rata peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 17,48%. 

Pembahasan
Berdasarkan indikator keterampilan proses sains yang berhasil diobservasi pada siklus-siklus yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, secara umum rata-rata indikator menunjukkan peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa selama proses belajar siswa konsentrasi dan menumpukan perhatian sepenuhnya pada proses belajar yang dilaksanakan menggunakan PBL. Namum demikian ada penurunan pada pertemuan kedua siklus I, hal ini ini disebabkan hambatan optimalisasi keterampilan proses sains, antara lain: 1) masih adanya siswa yang suka bermain walaupun sudah diperingatkan dan diarahkan untuk fokus pada pembelajaran, 2) masih kurangnya sarana atau media yang dapat memudahkan penguasaan konsep siswa, 3) kondisi ruang belajar yang kurang memiliki akses siswa untuk bergerak secara bebas mengamati proses belajar yang dilakukan oleh guru, 4) siswa menganggap PBL dilakukan pada satu pertemuan saja, sehingga mereka akan belajar seperti sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), Wu dan Forrester (2004) bahwa dalam pembelajaran diperlukan motivasi dan pengembangan kemampuan talenta selama proses pembelajaran.

Di samping terdapat faktor yang menghambat, terdapat faktor yang mendukung peningkatan rata-rata keterampilan proses sains, yaitu: 1) guru selalu mengajak siswa untuk mengkaji dan memikirkan informasi belajar melalui Problem-Based Learning, 2) semakin banyak siswa yang punya keinginan untuk memahami informasi yang disampaikan guru, 3) konsep berpikir pada masalah pencemaran lingkungan dibuat sangat kontekstual sehingga ada siswa yang dengan mudah dapat menafsirkan dan menginterpretasikannya. Peningkatan keterampilan proses sains siswa selama pembelajaran merupakan akibat positif dari tindakan PBL meliputi: kedisiplinan, membaca, bertanya, berkomentar, aktivitas lain selama guru demonstrasi/diskusi, menjawab pertanyaan, tenggang rasa, kerja sama, dan tanggung jawab. Aktivitas tersebut mencerminkan keterampilan psikomotorik dan afektif. Apabila aktivitas ini berkembang pada masing-masing diri siswa, maka akan mendukung hasil belajarnya, sehingga pembelajaran menjadi berkualitas (Semiawan, 1989; Silver dkk, 2004).

Sebagimana dinyatakan Weissinger (2004) bahwa tugas guru dalam pembelajaran PBL adalah membawa siswa kepada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini menandakan bahwa aktifitas fisik dan mental siswa dalam rangka mengembangkan pemahaman bahan ajar mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Meningkatnya proses belajar ini berdampak pada meningkatnya keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran biologi, dan lebih dari itu dengan pembelajaran ini melatih kemampuan berpikir kritis siswa untuk menanggapi masalah-masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Pola pembelajaran yang bermakna mampu mengembangkan life skill siswa (Depdiknas, 2002). Pola pembelajaran ini juga sejalan dengan yang disampaikan Gega (1994) serta Letsloho dan Yandila (2002), bahwa guru yang baik bila pembelajaran yang dikemas dapat membantu perubahan-perubahan pada diri anak, memperluas ide-ide yang sudah ada yang berhubungan dengan topik khusus. 

Disampaikan oleh Arnyana (2004), bahwa pembelajaran yang diharapkan dewasa ini adalah pembelajaran di mana siswa aktif membangun pemahamannya. Selanjutnya, disampaikan pula, bahwa peran guru adalah memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Menurutnya, banyak pendekatan belajar yang dapat digunakan oleh guru, antara lain PBL. Tan (2004) menyampaikan bahwa PBL dicirikan oleh siswa bekerja sama antara yang satu dengan yang lain dalam bentuk berpasangan atau berkelompok dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Siswa yang bekerja sama antara satu dengan yang lain dalam pembelajaran, dapat memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan berpeluang berbagi inkuiri dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan proses sains, keterampilan sosial, dan keterampilan berpikir. 

Simpulan dan Saran

Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pendekatan PBL dapat meningkatkan keterampilan proses sains biologi pada siswa kelas X di SMA Kartikatama Metro. PBL dapat diimplementasikan dalam pembelajaran biologi untuk meningkatkan kemampuan pengamatan siswa, menafsirkan informasi, merencanakan dan melaksanakan penelitian sederhana, serta mengkomunikasikan informasi bagi siswa dalam pembelajaran biologi.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebaiknya guru berusaha menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, misalnya dengan menerapkan pembelajaran PBL sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang bermakna yang mampu meningkatkan keterampilan proses sains biologi bagi siswa. Khusus untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya diupayakan pengamatan terhadap keterampilan proses sains yang lain, baik keterampilan proses sains dasar maupun terpadu.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, N. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Penilaian Portofolio. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Universitas Negeri Malang. Vol. 16 (2): 125-130.
Arnyana, I. B. 2004. Belajar Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning). Makalah disajikan dalam Pelatihan PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) Pada Pembelajaran Bagi Para Guru Sains Biologi Dalam Rangkan RUKK VA, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, Malang, 9- 10 Juli 2004.
Depdiknas. 2002a. Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skills Education) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas (Broad-Based Education). Bahan Workshop Sosialisasi Program Pendidikan Menengah Umum.
Depdiknas. 2007. Standar Proses. Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Jakarta: Depdiknas.
Gega, P.C. 1994. Science in Elementary Education. 2nd Edition. McMillan Publishing Company.
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.
Kemmis, S dan McTaggart, R. 1992. The Action Research Planner. Australia: Deakin University.
Letsloho, D. And Yandila, C.D. 2002. Process Skills in Botswana Primary School Science Lessons. University of Botswana. (Online). http://www.modelab.ufes.br/xioste/papers/xioste-papaer008.pdf.
Muhfahroyin. 2008. Profil Guru Biologi SMA Kota Metro dan Karakter Pembelajarannya. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Universitas Negeri Malang. Vol. 15 (2): 196-202.

Muhfahroyin. 2009. Science Process Skills dalam Pembelajaran Biologi Konstruktivistik. Mentari Lembayung. Universitas Muhammadiyah Metro.Vol. 13 (2): 107-112.

Nurhadi, Yasin, B., dan Senduk, A.G.. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang: UM Press.

Osborne, R. and Freyberg, P. 1984. Learning in Science The Implication of Children′s Science. New Zaeland: Heinemann Publishers.
Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Semiawan, C.R. 1989. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Suparno. 2001. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Susilo, H., Chotimah, H., Sari, Y.D. 2009. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing.
Sidi, Indra Djati. 2001. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Bagian Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU.
Tan, O.S. 2004. Cognition, Metacognition, and Problem Based Learning. In Oon-Seng Tan (Ed). Enhancing Thinking through Problem Based Learning Approaches. Singapura: Thomson Learning.
Watson, G. 2004. Integrating Problem-based Learning and Technology in Education. In Oon-Seng Tan (Ed). Enhancing Thinking through Problem Based Learning Approaches. Singapura: Thomson Learning.

Sumber: Muhfarodin
Dosen: UM Metro Lampung

ULAR MEMAKAI ILMU FISIKA KETIKA MEMANGSA

Banyak orang percaya bahwa ular menyuntikkan bisa beracun ke dalam tubuh korbannya menggunakan taring berlubang. Faktanya, sebagian besar ular dan reptil berbisa lainnya tak mempunyai gigi taring berlubang. Kini para fisikawan mengetahui trik yang digunakan binatang itu untuk memasukkan bisa beracunnya ke dalam kulit korbannya. 

Selama bertahun-tahun, Leo von Hemmen, ahli biofisika di TU Muenchen, dan Bruce Young, ahli biologi di University of Massachusetts Lowell, telah meneliti indra pendengaran ular. Ketika mendiskusikan toksisitas ular, mereka menyadari bahwa hanya sedikit ular yang menginjeksikan bisanya ke tubuh korban menggunakan taring berlubang. Meski sebagian besar reptil berbisa tak memiliki taring berlubang, mereka adalah predator efektif. 

Hanya sekitar sepertujuh dari seluruh ular berbisa, seperti ular derik, mengandalkan trik taring berlubang. Ular lainnya mengembangkan sistem lain, seperti ular mangrove pit viper (Boiga dendrophila). Menggunakan taring kembarnya, ular Boiga melubangi kulit korbannya. Bisa mengalir masuk ke luka di antara gigi dan jaringan. Namun ada cara lain yang lebih mudah, banyak taring mempunyai lekukan untuk mengalirkan bisa ke dalam luka. 

Para ilmuwan penasaran bagaimana metode sederhana seperti itu bisa sangat berhasil dari sudut pandang evolusioner. Bulu burung, misalnya, dapat dengan mudah mengibaskan bisa yang mengalir sepanjang lekukan terbuka. Untuk mengungkap misteri itu, mereka menyelidiki tegangan permukaan dan kekentalan berbagai bisa ular. Pengukuran tersebut memperlihatkan bahwa bisa ular sangatlah kental. 

Tegangan permukaan bisa ular cukup tinggi, hampir sama dengan air. Hal itu menyebabkan energi permukaan menarik tetesan bisa ke lekukan taring, lalu menyebar. Dalam perjalanan evolusi, ular beradaptasi terhadap mangsanya menggunakan kombinasi geometri lekukan taring optimal dan viskositas bisa. “Ular yang memangsa burung mengembangkan lekukan yang lebih dalam agar cairan bisa kental tak tersapu oleh bulu burung,” kata von Hemmen. 

Para ilmuwan juga menemukan jawaban bagaimana ular memasukkan bisanya ke kulit mangsanya dan memicu timbulnya efek mematikan. Dalam soal ini, ular mengembangkan trik dalam evolusinya. Ketika ular menyerang, lekukan taring dan jaringan di sekitarnya membentuk sebuah kanal. Jaringan akan menyerap bisa lewat kanal tersebut. 

Bisa ular memiliki struktur khusus untuk mendukung efek tersebut. Sama seperti saus tomat, yang menjadi lebih cair ketika dikocok, tekanan yang muncul dari isapan itu menyebabkan kekentalan bisa berkurang, membuatnya dapat mengalir dengan mudah melewati kanal dengan cepat karena pengaruh tegangan permukaan. Von Hemmen menyebut karakteristik substansi ini sebagai cairan non-Newtonian. Trik ini sangat praktis bagi ular. Selama tak ada mangsa yang terlihat, bisa dalam lekukan taring akan tetap kental dan lengket. Ketika ular menyerang, cairan beracun akan mengalir sepanjang lekukan taring, memasuki luka, dan menimbulkan efek mematikan,

Sumber : Sains di kehidupan

BESARAN DAN SATUAN


powerpoint besaran dan satuan

VIDEO PEMBELAJARAN : FISIKA LISTRIK STATIS


silahkan menyaksikan video pembelajaran listrik statis berikut ini

sumber:https://www.youtube.com

MID SEMESTER XI IPA



                                    Mata Pelajaran          : Fisika
                                    Kelas                          : XI IPA
                                    Guru Pengampu         : Enny Zaliavari Zam, M.Pd

Kerjakan setiap soal dengan membuat diketahui, ditanya dan jawaban.
1.      Sebuah partikel bergerak dengan persamaan kelajuan v = 2t + 5t +9  tentukan besar percepatan rata-rata gerak partikel untuk t = 5 s sampai dengan t = 7 s
2.      Benda yang bergerak melingkar kecepatan sudutnya berubah sesuai persamaan ω = 3t +7t +4. Pada saat t = 2 s posisi sudutnya adalah 6 rad. Setelah bergerak selama t = 2 s pertama, tentukan percepatan sudutnya!
3.      Sebuah bola dilemparkan dengan kecepatan awal 20m/s dari tanah dan sudut elevasinya 37 (sin 37 = 0,6) tentukan kecepatan bola pada saat t = 10 s dan posisi bola pada saat 4 sekon!
4.      Tiga buah benda yang memiliki massa identik disusun membentuk posisi segitiga sama sisi jika massa nya 12 kg, dan sisinya 20 m dan konstanta nya 6,67 x 10 ^-11 tentukan besar gaya gravitasi pada salah satu benda!
5.      Tentukan perbandingan kuat medan gravitasi bumi untuk dua benda, yang satu di permukaan bumi dan satu lagi di ketinggian yang berjarak 5R dari permukaan bumi (R = jari-jari bumi)
6.      Sebuah benda bermassa 10kg diluncurkan dari permukaan bumi. Jika massa bumi 6 x 10^24 dan jari-jari 8 x 10^24 tentukan energy potensial gravitasi pada ketinggian lima jari-jari bumi.
7.      Sebuah planet X memiliki periode 2 tahun. Jika diketahui jarak planet X dengan planet Y terhadap matahari 1 : 4 tentukan periode planet Y!

Selamat bekerja.....
Good Luck...

September 26, 2016

FISIKA TICKER TIMER

Ilustrasi pola tetesan oli dari sebuah kendaraan yang tangki olinya mengalami kebocoran.
Asumsinya adalah selang waktu jatuhnya oli dari lubang pada mesin kendaraan atau mobil selalu sama atau dianggap tetap saja.
Mobil bergerak kekanan. Saat mobil bergerak lambat, maka yang terjadi adalah jarak antar tetesan oli yang jatuh dari tangki mobil akan rapat.
Semakin cepat gerak mobil, jarak antar tetes yang jatuh ke badan jalan akan semakin jauh.
Pada contoh berikut pembacaan pola dimulai dari kiri sesuai dengan jatuhnya tetes pertama kali, kemudian ke tetes berikutnya sebelah menyebelah arah kanan. Sekali lagi bahwa arah gerak mobil ini adalah ke kanan.
Jika mobil bergerak ke kiri gunakan juga logika yang sama. Berikut ilustrasinya:





Berikut pola selengkapnya, untuk mobil yang bergerak arah kanan.



Sementara untuk mobil bergerak ke arah kiri sambil bocor oli mesin, pembacaan dilakukan dari kanan ke kiri. Berikut selengkapnya pola-pola tetes minyak oli mesin oli yang dihasilkan.


 
Pita ticker ditarik oleh benda uji ke arah kanan



Pola ticker ditarik oleh benda uji ke arah ke kiri:



Kesimpulannya:
-Pembacaan pola tetesan oli searah dengan arah gerak kendaraannya
-Pembacaan pola ticker timer berlawanan dengan arah tarikan pada pitanya.
Semoga bermanfaat....

CERMIN LENGKUNG, CEKUNG DAN CEMBUNG


Mata Pelajaran   : Fisika
Kelas                 : X
Judul                 : Cermin Lengkung, cekung dan cembung.








Untuk rumus-rumus kedua cermin lengkung di atas, disini disatukan saja sebagai berikut dan perhatikan ketentuan-ketentuan yang digunakan:
Jarak titik fokus, jarak bayangan dan jarak benda.



dimana:
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
f = jarak titik api atau titik fokus cermin
Sedangkan untuk perbesaran bayangan



dimana
M = perbesaran bayangan
h = tinggi bendanya
h' = tingg bayangannya

Perhatikan juga ketentuan yang dipakai:



Catatan:
Untuk lensa, berlaku kebalikannya. Jadi lensa cembung fokusnya positif, lensa cekung negatif. Sementara untuk letak bendanya



Soal No. 1
Sebuah benda yang tingginya 4 cm berada 8 cm di depan sebuah cermin cekung. Jika panjang jari-jari kelengkungan cermin cekung 12, tentukan:
a) jarak bayangan
b) perbesaran bayangan
c) tinggi bayangan
d) sifat bayangan

Pembahasan
Jarak titik fokus adalah setengah dari jari-jarinya.
Data:
Cermin Cekung
f = 1/2 × 12 = 6 cm
s = 8 cm
h = 4 cm

a) jarak bayangan
Masukkan datanya



Atau dengan rumus yang sudah jadi



b) perbesaran bayangan



c) tinggi bayangan



d) sifat bayangan
- nyata (s' bertanda positif)
- terbalik
- terletak di depan cermin
- diperbesar (karena M > 1)

Soal No. 2
Sebuah benda diletakkan di depan cermin cembung sejauh 20 cm yang jarak fokusnya 30 cm. Letak dan sifat bayangan yang dibentuk cermin tersebut adalah....
A. 60 cm di depan cermin, maya, tegak
B. 60 cm di belakang cermin, nyata, tegak
C. 60 cm di depan cermin, nyata, tegak
D. 12 cm di belakang cermin, maya, tegak
E. 12 cm di depan cermin, nyata, tegak

Pembahasan
Data soal:
Cermin cembung.
f = − 30 cm
s = 20 cm

Menemukan jarak bayangan dulu beserta tandanya:



atau



s' bertanda negatif, sehingga maya, tegak. Jaraknya 12 cm di belakang cermin. Jawaban D.

Soal No. 3
Sebuah benda berada 15 cm di depan cermin cekung yang memiliki titik fokus sejauh 12 cm. Dengan metode penomoran ruang, tentukan sifat-sfat bayangan yang terbentuk!

Pembahasan
Metode penomoan ruang digunakan untuk cermin cekung, dan lensa cembung. Berikut penjelasannya:


Untuk gambar ini, bagian depannya di sebelah kiri, belakangnya sebelah kanan.
Antara titik O dan titik F adalah ruang I
Antara titik F dan titik 2F adalah ruang II
Setelah titik 2F ke sana lagi adalah ruang III
Ruang IV berada di seberang, lihat gambar di atas.

Jumlah nomor ruang tempat benda dengan nomor ruang tempat bayangan adalah lima. Misalkan benda di ruang II, maka agar 5, bayangannya di ruang III. Kalau benda di ruang I, ruang bayangannya adalah IV, benda di ruang III, tentunya bayangannya di ruang II.

Untuk memperkirakan sifat bayangan, perhatikan ketentuan berikut:
Bayangan di ruang II dan III bersifat nyata, terbalik.
Bayangan di ruang IV bersifat maya, tegak.

Diperbesar atau diperkecilnya?
Benda di ruang II, bayangan di ruang III, dari II menjadi III, kan membesar angkanya, berarti bayangannya diperbesar.
Benda di ruang III, bayangan di ruang II, dari III menjadi II, kan mengecil, berarti bayangannya diperkecil.
Begitu juga jika benda di ruang I, bayangannya akan bersifat diperbesar.

Kembali ke soal di atas, fokus cermin F = 12 cm, 2F nya berarti 24 cm, sementara bendanya di 15 cm, berarti benda di ruang II. Bayangannya di ruang III, sehingga sifanya adalah nyata, terbalik dan diperbesar.

Soal No. 4
Sebuah benda berada 8 cm dari sebuah cermin cembung yang memiliki fokus 12 cm. Tanpa perhitungan, tentukan sifat bayangannya!

Pembahasan
Cermin cembung selalu menghasilkan bayangan yang bersifat : maya, tegak dan diperkecil. Jadi sifatnya adalah ya itu tadi.

Soal No. 5
Bayangan maya yang dibentuk oleh sebuah cermin cekung tiga kali lebih besar dari bendanya. Bila jarak fokus cermin 30 cm, maka jarak benda di depan cermin adalah....
A. 5 cm
B. 10 cm
C. 20 cm
D. 30 cm
E. 40 cm
(Dari soal ebtanas 1996)

Pembahasan
Data soal:
Cermin cekung:
s' = −3s (Maya, 3 kali lebih besar)
f = 30 cm
s =..............

Dari rumus dasarnya


Soal No. 6
Bayangan nyata yang dibentuk oleh sebuah cermin cekung tiga kali lebih besar dari bendanya. Bila jarak fokus cermin 30 cm, tentukan jarak benda dari cermin.
Data soal:
Cermin cekung:
s' = 3s (Nyata, 3 kali lebih besar)
f = 30 cm
s =..............

Dari rumus dasarnya


Soal No. 7
Sebuah cermin cembung ditempatkan di tikungan jalan. Ketika terdapat benda yang jaraknya 2 m dari cermin, bayangan yang terbentuk 1/16 kali tinggi benda. Jarak fokus cermin adalah...
A. 2/15 m
B. 2/17 m
C. 5/8 m
D. 15/2 m
E. 17/2 m

Pembahasan
Data:
Cermin cembung,
s = 2 m
M = 1/16
s' = − 1/16 × 2 = − 2/16 = − 1/8 m
(Tanda minus diberikan karena bayangan cermin cembung maya.)

Jarak fokusnya



Soal No. 8
Benda setinggi 3 cm diletakkan pada jarak 10 cm di depan cermin cekung yang berjari-jari kelengkungan 10 cm. Sifat bayangan benda adalah.....
A. nyata, terbalik, setinggi 3 cm
B. nyata, terbalik, diperbesar
C. nyata, terbalik, diperkecil
D. maya, tegak, setinggi 3 cm
E. maya, tegak, diperbesar
Pembahasan
Data:
s = 10 cm
R = 10 cm
f = 5 cm
Sifat bayangan............

Benda yang diletakkan pada titik pusat cermin cekung akan menghasilkan bayangan yang letaknya di titik pusat kelengkungan cermin juga dengan sifat nyata, terbalik dan sama besar. Sehingga tinggi bayangan benda tetap 3 cm.
Jawaban: A. nyata, terbalik, setinggi 3 cm
Soal No. 9
Benda setinggi h diletakkan pada jarak 4,125 cm di depan cermin cekung yang berjari-jari kelengkungan 14,5 cm. Sifat bayangan benda adalah.....
A. nyata, tegak, setinggi h
B. nyata, terbalik, diperbesar
C. nyata, tegak, diperkecil
D. maya, tegak, setinggi h
E. maya, tegak, diperbesar
Pembahasan
f = 1/2(14,5) = 7,25 cm
s = 4,125 cm

Terlihat bahwa benda di ruang I, bayangan berada di ruang IV, sehingga sifat bayangannya maya, tegak, diperbesar. Jawaban E.
Soal No. 10
Jika benda nyata diletakkan pada jarak lebih kecil dari f di depan cermin cekung, bayangan yang terjadi bersifat...
A. maya, tegak, diperbesar
B. maya, terbalik, diperbesar
C. maya, terbalik, diperkecil
D. nyata, tegak, diperkecil
E. nyata, terbalik, diperkecil

KINEMATIKA GERAK LURUS

Gerak Lurus
(1) UN Fisika 2008 No. 4
Pengamatan tetesan oli mobil yang melaju pada jalan lurus dilukiskan seperti pada gambar.
Yang menunjukkan mobil sedang bergerak dengan percepatan tetap adalah....
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 1 dan 4
D. 2 dan 3
E. 2 dan 4
(2) UN Fisika 2008 No. 5
Grafik (v-t) menginformasikan gerak sebuah mobil dari diam, kemudian bergerak hingga berhenti selama 8 sekon seperti gambar.



Jarak yang ditempuh mobil antara t = 5 s sampai t = 8 s adalah.....
A. 60 m
B. 50 m
C. 35 m
D. 20 m
E. 15 m

(3) UN Fisika 2009 No. 3
Grafik kecepatan (v) terhadap waktu (t) berikut ini menginformasikan gerak benda.
Jarak tempuh benda 5 detik terakhir adalah....
A. 100 m
B. 120 m
C. 130 m
D. 140 m
E. 150 m

(4) UN Fisika 2009 No. 4
Bola bermassa 1,2 kg dilontarkan dari tanah dengan laju 16 m.s−1. Waktu yang diperlukan bola untuk tiba kembali di tanah adalah.....
A. 0,8 s
B. 1,2 s
C. 1,6 s
D. 2,8 s
E. 3,2 s

(5) UN Fisika 2009 No. 3
Mobil massa 800 kg bergerak lurus dengan kecepatan awal 36 km.jam−1 setelah menempuh jarak 150 m kecepatan menjadi 72 km.jam−1. Waktu tempuh mobil adalah....
A. 5 sekon
B. 10 sekon
C. 17 sekon
D. 25 sekon
E. 35 sekon

(6) UN Fisika 2009 No. 4
Gravik V - t sebuah mobil yang bergerak GLBB diperlihatkan pada gambar!



Perlajuan yang sama terjadi pada ...
A. A – B dan B – C
B. A – B dan C – D
C. B – C dan C – D
D. C – D dan D – E
E. D – E dan E – F

(7) UN Fisika 2010 No. 12
Grafik disamping menginformasikan sebuah mobil bergerak lurus berubah beraturan. Jarak yang ditempuh mobil selama 4 sekon adalah......



A. 200 m
B. 160 m
C. 120 m
D. 100 m
E. 80 m

(8) UN Fisika 2010 No. 3
Kecepatan (v) benda yang bergerak lurus terhadap waktu (t) diperlihatkan grafik v-t berikut!



Benda akan berhenti setelah bergerak selama.....
A. 4 sekon
B. 5 sekon
C. 8 sekon
D. 10 sekon
E. 20 sekon
(9) UN Fisika 2011 No. 1
Perhatikan grafik kecepatan (v) terhadap waktu (t) dari sebuah benda yang bergerak lurus. Besar perlambatan yang dialami benda adalah....



A. 2,5 m.s-2
B. 3,5 m.s-2
C. 4,0 m.s-2
D. 5,0 m.s-2
E. 6,0 m.s-2

(10) UN Fisika 2012 No. 3
Perhatikan grafik kecepatan v terhadap t untuk benda yang bergerak lurus berikut.



Jarak yang ditempuh benda selama 10 detik adalah....
A. 16 m
B. 20 m
C. 24 m
D. 28 m
E. 36 m
(11) UN Fisika 2013
Seorang siswa menjatuhkan bola dari ketinggian 5 m di atas tanah. Pada saat bola berada pada ketinggian 1 m di atas tanah, kecepatan bola adalah…
A. 50 m.s−1
B. 10 m.s−1
C. 4√5 m.s−1
D. 2√5 m.s−1
E. √10 m.s−1
(12) UN Fisika 2014
Seseorang yang sedang melakukan perjalanan, mula-mula diam kemudian dipercepat 2 m.s−2 selama 2 sekon, kemudian dipercepat lagi 0,5 m.s−2 selama 2 sekon sampai akhirnya ia bergerak konstan selama 2 sekon. Grafik kecepatan terhadap t dari perjalanan orang tersebut yang benar adalah…..

(13) UN Fisika SMA Tahun 2015
Tiga motor yang bergerak lurus berubah beraturan secara bersamaan dengan kecepatan yang berbeda-beda seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
MotorKecepatan awal ( m⋅s-1)Kecepatan akhir ( m⋅s-1)Percepatan ( m⋅s-2)
A40601
BP30-2
C15Q2

Jika ketiga motor menempuh jarak yang sama, maka kecepatan awal P dan kecepatan akhir Q berturut-turut adalah....
A. 15 m⋅s-1 dan 65 m⋅s-1
B. 60 m⋅s-1 dan 50 m⋅s-1
C. 65 m⋅s-1 dan 70 m⋅s-1
D. 70 m⋅s-1 dan 65 m⋅s-1
E. 75 m⋅s-1 dan 75 m⋅s-1
FILM PENDEK PENDIDIKAN

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA...SEMOGA BERMANFAAT...