SKENARIO
01. Ext. Lingkungan
Rumah Penjual Sala Siang
Allahu Akbar,, Allaahu Akbar,,,
Terdengar azan subuh saling bersahutan dari
mesjid–mesjid sepenjuru kota Sungai Penuh.
Beriringan
dengan suara adzan sebagai pertanda akan dimulainya aktivitas hari ini.
Amir bangun
dari tidur, kemudian melaksanakan shalat subuh.
Seperti
kata pepatah bangunlah di pagi hari sebelum rejeki dipatok ayam.
Ternyata
pepatah tersebut yang dipakai oleh keluarga ibu Aminah.
Realitanya
dengan udara yang masih dingin dan cahaya yang masih redup keluarga bu Aminah
sudah mulai mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sala.
Sala
adalah satu satunya penghasilan keluarga Amir.
Sala
adalah salah satu jenis makanan ringan yangterbuat dari tepung beras yang
berbentuk bulat-bulat seperti bola kecil, makanan ini berasal dari Sumatera
Barat.
Kota
Sungai Penuh adalah Kota pemekaran dari Kabupaten Kerinci yang terletak di
Provinsi Jambi, sedangkan Kabupaten Kerinci sendiri sebelum masuk ke Provinsi
Jambi adalah masuk ke wilayah Sumatera Barat.
Jadi
sampai sekarangpun adat dan kebiasaan orang-orang di Kota Sungai Penuh dan
Kabupaten Kerinci kebanyakan masih berbau atau bernuansa Sumatera Barat.
Sampai
sekarang banyak orang-orang di Sungai Penuh yang masih melestarikan keberadaan
sala, selain dijual di kedai-kedai lontong sayur sala juga dijual anak-anak
kecil dengan bejalan kaki keliling dari rumah ke rumah.
Amir
merupakan anak bungsu dari dua bersaudara, dia berperan penting dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarganya, dikarenakan Ayah Amir sudah lama meninggal
dunia.
Dilihat
dari segi umur, Amir masih tergolong anak yang selayaknya masih
dalam tahapan
bermain seperti teman-teman sekolah lainnya.
Amir
menyadari bagaimana kondisi dari keluarganya,
sehingga
diapun juga ikut serta membantu Ibunya.
02.
Ext .
Jalanan dan Halaman Sekolah Siang
Pagi-pagi
Amir berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.
Jarak
antara rumah Amir dengan sekolah sekitar 15 menit.
Ketika
bertemu teman (Dede & Gio) di jalan,
Amir
diejek/dibully oleh teman-teman dengan menirukan suara Amir
pada
waktu keliling menjual sala.
DEDE & GIO
“Sia bali salaaa..... sia bali salaaa.....”
Setelah
itu mereka tertawa kemudian berlari mendahuluinya dan
dengan
sengaja mendorong tangan kanan Amir.
Amir merasa
kesakitan dan mengusap tangan kanannya, lalu Amir berucap
“Astaqfirullah Al Azim”
Kemudian
Amir melanjutkan perjalanannya ke sekolah.
Setiap
jam istirahat, Amir selalu berkunjung ke perpustakaan.
Berbeda
dengan temannya yang lain waktu istirahat mereka pergunakan
untuk
makan dan jajan di kantin.
Pada
saat Amir di Perpustakaan, datanglah Dede dan Gio,
karena
mereka tahu setiap jam istirahat Amir selalu ada di perpustakaan.
Setelah
Dede dan Gio bertemu dengan Amir di perpustakaan, lalu
mereka membuat ulah dengan menjatuhkan beberapa buku yang ada di rak buku,
kemudian ditinggalkannya.
Dengan
sabar Amir mengambil buku-buku tersebut dan menyusun kembali di rak buku.
Bel
pulang sekolah berbunyi, Amir berjalan keluar dari gerbang sekolah.
Lagi-lagi
Amir diejek/dibully oleh teman-temannya,
dengan
menirukan suara Amir pada waktu menjual sala.
DEDE & GIO
“Salaaaa...... salaaa..... ha..ha..ha....haaaaaaa.....”
Anak tersebut (Dede) melempar
bungkus roti yang tadinya dia makan ke arah Amir,
kemudian Amir mengambil
bungkus roti itu dan membuangnya ke tempat sampah
dan melanjutkan perjalanannya
pulang ke rumah.
03. Ext - Int. Rumah Amir Siang
Lingkungan
rumah yang tersembunyi disudut pemukiman warga yang padat penduduk. Amir pun
sampai di rumah yang sederhana.
AMIR
“Assalamu’alaikum...”
Dengan suara yang agak lelah
karena menahan lapar, Amir mengucapkan salam.
IBU
“Wa’alaikum Salam.......”
Suara ibu Aminah yang agak
sesak menjawab salam Amir.
Amir pun masuk ke dalam
rumah, Nampak deretan piala di atas almari
sebagai bukti prestasi yang
telah diperoleh Amir selama ini.
IBU
“Baru Pulang nak??”
AMIR
“Iya Bu!”
IBU
“Makan dulu nak...!”
AMIR
“Iya Bu!”
Lalu Amir menukar baju
seragam sekolahnya kemudian pergi ke
dapur.
Setelah selesai makan, Amir
meminta izin kepada Ibunya untuk berjualan.
AMIR
“Bu, Amir berangkat jualan dulu ya”
Amir siap berangkat jualan
dengan nampan berisi sala.
IBU
“Iya, mir setelah pulang nanti, tolong ibu dibelikan
obat ke apotik ya!”
Ibu Amir sambil mengeluarkan
resep yang akan di beli oleh Amir nanti.
AMIR
“Iya Bu!”
Amir mengambil resep obat yang
di berikan oleh Ibunya
dan memasukkan ke dalam
kantong celananya.
IBU
Iya, mir setelah pulang
nanti, tolong belin obat ibu ya di apotik.
Ibu Amir sambil mengeluarkan
resep yang akan di beli oleh Amir nanti.
AMIR
“Iya Bu!”
Amir mengambil resep obat yang
di berikan oleh Ibunya
dan memasukkan ke dalam
kantong celananya.
04. Ext. Siang
AMIR
“Saaalaaaaaaaa.....salaaaaaaa..........”
Amir melangkah berjalan melewati jalan
raya membawa
barang dagangannya.
Kemudian ada seorang pembeli perempuan yang memanggil Amir.
PEMBELI
Diak...diak.... Salaaaaa diak!!!
Bara salanya diak?
Si pembeli menanyakan berapa harga sala
yang dijual oleh Amir.
AMIR
“1 buah Rp 500 uni
“
Sala
Amir dibeli oleh ambil berjalan di bawah terik matahari, Amir meneriaki
PEMBELI
“beli
salanya Rp 8.000,00 ya diak!”
Sambil menghitung jumlah sala kemudian Amir memasukkan sala ke dalam kantong
plastik dan memberikannya kepada pembeli tersebut. Setelah diberi uang Amir mengucapkan terimakasih.
AMIR
“Terimakasih
uni”
Sambil berjalan di bawah terik matahari, Amir menawarkan salanya dengan suaranya
yang khas.
“salaaaaaa.......... salaaaaaaa..........”
Tetapi setelah berjalan berjam-jam tidak ada lagi orang
yang membeli dagangannya.
Beberapa saat kemudian Amir mendengar suara adzan sholat asar.
Kemudian Amir
berhenti di mesjid terdekat untuk melaksanakan shalat asar.
Sebelum berwudhu Amir meletakkan
salanya di dalam
mesjid
bagian belakang.
Pada waktu Amir sedang
melaksanakan shalat, datanglah Dede dan Gio ke depan masjid, mereka mengambil
sandal Amir, kemudian
menyembunyikannya di semak-semak.
Setelah
shalat Amir menghampiri barang dagangannya lalu keluar dari mesjid.
Amir kaget melihat sepasang sandalnya tidak ada.
“Sandal
saya dimana
ya?”
Amir kebingungan mencari sandalnya dengan berjalan keliling pelataran mesjid.
Pada
waktu Amir mencari sandalnya, Amir
menemukan dompet di sekitar mesjid.
Amir kemudian mengambil dompet tesebut dan ia
membukanya.
Amir pun kaget
setelah melihat isi dompet yang banyak uangnya tersebut.
Setelah membuka isi dompet tersebut Amir sangat terkejut, dia melihat ada
beberapa lembar uang ratusan ribu adan lima puluhan ribu rupiah dan
menghitungnya dengan sangat gembira dan dimasukkanya kedalam saku celana. Amir masih sibuk mencari-cari
sendalnya.
Sesaat kemudian ada seorang Ibu-ibu setengah baya (Ibu Sari) yang datang dan masuk ke dalam
masjid dan dengan kebingungan mencari sesuatu.
Kemudian Amir datang dan menanyakan apa yang sedang
dilakukan Ibu tersebut (Ibu Sari).
Setelah Ibu Sari bercerita kepada Amir kalau ia kehilangan dompetnya yang terjatuh kemudian Amir dengan senyum mengembalikan
dompet tersebut.
Setelah menghitung uang dan beberapa kartu-kartu
penting yang ada didalam dompetnya, Ibu Sari tersenyum karena uangnya masih
sama, kartu-kartu yang ada didalam dompet utuh dan tidak ada satupun yang
hilang.
Kemudian Ibu sari memberikan selembar uang Rp 50.000,00
kepada Amir, akan tetapi Amir dengan tersenyum ramah menolak
pemberiannya.
Amir ingat pesan dari
Ibunya
“Kalau kito nak mambatu orang, dak boleh kito maminta imbalan Amir,
Kalau kito maminta imbalan itu bardosa”
Amir kemudian melanjutkan lagi perjalanannya berjualan
sala keliling.
05.
Int. Apotik
Sebuah apotik di jalan protokol tampak ramai oleh
pengunjung.
Pengunjung yang hendak membeli obat sedang mengantri.
Amir berjalan kaki tanpa memakai sandal, dia berhenti di
depan apotik.
Tangan kanan Amir
merogoh saku kanan celananya, dan dikeluarkannya
beberapa lembar uang Rp 20.000,00 dan resep obat yang
dibawanya tadi dari rumaah.
Kemudian Amir
merogoh saku kiri celananya, diambilnya beberapa
lembar uang pecahan Rp 2.000,00 hasil jualan sala hari
ini.
Sambil menghitung jumlah uang tersebut, Amir terlihat sangat sedih memikirkan
antara membeli beras dan membeli obat untuk Ibunya yang sedang sakit.
“Uang hanya Rp 34.000,00
beras di rumah alah habis, sedangkan Ibu sakit butuh obat. apa yang harus dibeli?”
Salah satu pengunjung apotik itu adalah Amir, si anak penjual sala
yang akan membeli obat untuk Ibunya.
Tanpa memperhatikan orang-orang yang berada disekitarnya,
Amir menyerahkan resep obat kepada petugas apotik
sambil menunduk sedih ia duduk dikursi.
Beberapa waktu kemudian Amir dipanggil oleh petugas apotik.
AMIR
“Bara harga obatnya kak?”
TINA
“Obatnya alah dibayia samo Ibu yang lai kalua itu diak”
Amir termenung dan menoleh ke belakang, dan di luar apotik nampaklah
seorang Ibu-ibu berdiri tersenyum ke arah Amir sambil melangkah meninggalkan apotik tersebut.
Amir teringat bahwa ibu itu adalah pemilik dompet yang
ditemukannya di masjid beberapa hari yang lalu. Sambil berkaca-kaca matanya,
di dalam hati Amir
berucap dan bersyukur
“Alhamdulillah Ya Allah.......”
Terima kasih atas bantuan-Mu
ini, kalau bukan karena Engkau,
hamba tidak bisa berbuat
apa-apa.
Ya Allah, berikanlah rejeki
dan kesehatan kepada Ibu yang telah menolong saya,
Alhamdulillah saya bisa
membeli beras untuk dimasak nanti.
06.
Tim Pelaksana :
Produser
: Dinas
Pendidikan Kota Sungai Penuh
Sutradara : Susi Sri Rahayu, S.P, S.Pd, M.Pd.I
Penulis
Naskah : Sunarmi, S.Pd
Direktur
Editing : Robi Roimondra, S.Pd
Asisten
Editing : Junerta Yudhi, S.Pd
Kameraman
1 : Enny Zaliavari Zam, S.Pd, M.Pd
Kameramen
2 : Eyi Farma, S.Pd
Kameramen
3 : Wandri Gusri, S.Pd
Penata
Artistik : Tara Fitri Ayunda, S.Pd, M.Pd
Penata Suara
: Yulan Mariani, S.Pd
Pimpinan
Produksi : Nia
Adha Miyora, S.Sn
PEMAIN:
1) Amir
diperankan oleh Wahyu
2) Ibu Aminah diperankan oleh Ibu Wahyu
3) Ibu Sari diperankan oleh Susi Sri Rahayu,
S.P, S.Pd, M.Pd.I
4) Dede diperankan oleh
5) Gio diperankan oleh
6) Tina diperankan oleh
7) Pembeli
diperankan oleh Yulan Mariani, S.Pd
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Dinas Pendidikan Kota Sungai Penuh
SMA Negeri 2 Sungai Penuh
SMA Negeri 4 Sungai Penuh
SMA Negeri 5 Sungai Penuh
SMK Negeri 4 Sungai Penuh
SMK Negeri 5 Sungai Penuh
SMP Negeri 8 Sungai Penuh
SD Negeri 007 Sumur Anyir
Wahyu
Dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya
Produksi Film Pendek ini.
Produksi
Agustus, 2016
|
|
0 komentar:
Posting Komentar